Jumat, 24 November 2017

Perang Kusamba Memakan Korban Jenderal Belanda

Pura Goa Lawah, tempat pertahanan pasukan Klungkung dalam Perang Kusamba.

PERANG Kusamba yang terjadi 24-25 Mei 1849, menjadi salah satu peristiwa heroik pada masa Kerajaan Klungkung. Seperti apa ceritanya?

Kerajaan Klungkung adalah kerajaan besar di Bali. Beberapa kali terjadi perang yang melibatkan kerajaan itu, salah satunya Perang Kusamba. Selain Perang Kusamba, ada pula peristiwa perlawanan terhadap intervensi Belanda yang dikenal dengan Puputan Klungkung, pada 28 April 1908.

Kali ini, Cerita Pagi khusus membahas Perang Kusamba. Kusamba adalah sebuah desa di timur Semarapura, yang hingga abad ke-18 lebih dikenal sebagai sebuah pelabuhan penting Kerajaan Klungkung.
Desa yang penuh ilalang (kusa=ilalang) itu baru tampil ke panggung sejarah perpolitikan Bali ketika Raja I Dewa Agung Putra membangun sebuah istana di desa yang terletak di pesisir pantai itu. Tak cuma itu, I Dewa Agung Putra bahkan menjalankan pemerintahan dari istana yang kemudian diberi nama Kusanegara itu.

Praktis, Kusamba menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung. Pemindahan pusat pemerintahan ini turut mendorong kemajuan Kusamba sebagai pelabuhan yang kala itu setara dengan pelabuhan kerajaan lainnya di Bali seperti Kuta.

Kepada Tim Cerita Pagi, Kepala Seksi Edukasi dan Reparasi Museum Bali Dewa Putu Ardana bercerita, eksistensi Kusamba makin melambung manakala ketegangan politik makin menghebat antara Dewa Agung Istri Kanya selaku penguasa Klungkung yang berseteru dengan Belanda di pertengahan abad ke-19.

Dikutip dari Wikipedia, Perang Kusamba berawal dari terdamparnya dua skoner (perahu) milik G.P. King, seorang agen Belanda yang berkedudukan di Ampenan, Lombok, di Pelabuhan Batulahak, di sekitar daerah Pesinggahan. Kapal tersebut dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan.

Raja Klungkung pun menganggap kehadiran kapal yang awaknya sebagian besar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau, sehingga langsung memerintahkan untuk membunuhnya.

Oleh Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta yang juga menjadi agen Belanda, kejadian itu dilaporkan kepada wakil Belanda di Besuki. Kontan saja Residen Belanda di Besuki memprotes keras tindakan Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang.

Kegeraman Belanda bertambah dengan sikap Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga, April 1849. Karenanya, timbullah keinginan Belanda untuk menyerang Klungkung.

Maka, ekspedisi Belanda yang baru saja menghadapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan ke Padang Cove (sekarang Padang Bai) untuk menyerang Klungkung. 24 Mei 1849 dipilih sebagai hari penyerangan.

Pasukan Belanda didukung sekitar 790 serdadu darat dan laut. Ditambah pasukan pembantu atau kuli-kuli pengangkut dari Madura, jumlah seluruh pasukan hampir 1.200 orang.

Ternyata, rencana Belanda menyerang Klungkung diketahui Kerajaan Klungkung. Untuk mengantisipasinya, pertahanan di Pura Goa Lawah diperkuat, di bawah pimpinan Dewa Agung Istri Kanya, Anak Agung Ketut Agung, dan Anak Agung Made Sangging. Mereka memutuskan mempertahankan Klungkung di Pura Goa Lawah dan Puri Kusanegara di Kusamba.

Perang Kusamba Memakan Korban Jenderal Belanda

Pura Goa Lawah, tempat pertahanan pasukan Klungkung dalam Perang Kusamba. PERANG Kusamba yang terjadi 24-25 Mei 1849, menjadi salah s...